Kue Keranjang Ny.Lauw
Ada
yang menyebut kue keranjang dengan sebutan kue ranjang atau kue cina, yang disebut
juga sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian Ti Kwe (甜棵), yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk
keranjang, adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai
tekstur yang kenyal dan lengket.
Kue ini merupakan salah satu kue khas atau
wajib perayaan tahun baru Imlek, walaupun tidak di Beijing pada suatu saat.Kue
keranjang ini mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang
leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek (廿四送尫
Ji Si Sang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek.Sebagai
sesaji, kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah
tahun baru Imlek).
Dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan
dewa Tungku (竈君公 Cau Kun Kong) agar membawa laporan yang menyenangkan kepada
raja Surga (玉皇上帝 Giok Hong Siang Te). Selain itu, bentuknya yang bulat
bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun
dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.
Asal Usul Kue Keranjang
Kue keranjang memiliki nama asli
Nian Gao atau Ni-Kwe yang disebut juga kue tahunan karena hanya dibuat setahun
sekali pada masa menjelang tahun baru Imlek. Di Jawa Timur disebut sebagai kue
keranjang sebab dicetak dalam sebuah “keranjang” bolong kecil, sedangkan di
beberapa daerah di Jawa Barat ada yang menyebutnya Dodol Cina untuk menunjukkan
asal kue tersebut yaitu Cina, walaupun ada beberapa kalangan yang merujuk pada
suku pembuatnya, yaitu orang-orang Tionghoa.
Sedangkan dalam dialek Hokkian, ti kwe berarti kue manis, yang menyebabkan
orang-orang tidak sulit menebak kalau kue ini rasanya manis.
Arti di balik kue keranjang
Di Cina terdapat kebiasaan saat
tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu menyantap kue keranjang sebelum
menyantap nasi sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung dalam
pekerjaannya sepanjang tahun.
Nian Gao, kata Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue (糕) dan juga terdengar seperti kata
tinggi (高), oleh
sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas
makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam
hal rezeki atau kemakmuran.Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue
keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah.Biasanya kue keranjang
disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah
sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue
mangkok.
Latar belakang bisnis kue keranjang Ny.Lauw
Biaya hidup meningkat terus, ini
sangat terasa berat bagi Ny. Lauw Nyim Keng (Bu Siti), karena gaji seorang
pengawas gudang terasa pas-pasan untuk menghidupi sebuah keluarga dengan
delapan orang anak, dan saat itu tengah mengandung lagi membuat Ny.Lauw memutar
otak untuk mencari tambahan, maka pilihannya pada membuat kue, karena itu salah
satu kebiasaan, agar hemat anak-anak tidak jajan diluar, hampir tiap hari
Ny.lauw membuat macam-macam kue. Tetapi Ny.lauw memikirkan betapa repotnya bila
setiap hari membuat kue dalam jumlah besar untuk dagangan belum lagi kesibukan
mengurus delapan orang anak.
Pada tahun 1969 saat mendekati bulan puasa, naluri bisnisnya mendorong dengan
kuat, moment ini adalah peluang yang bagus untuk segera memulai sebuah bisnis
makanan. Ny.Lauw teringat kebiasaan dikampungnya dahulu tetangganya begitu
sibuk membuat dodol untuk sekedar dibagikan ketetangga-tetangga sebagai
simbulis bersilahturahmi,mungkin juga doa tanpa terucap mudah-mudah hubungan
persaudaraan, tali sirahturami kita semakin manis dan akrap seperti manis dan
legitnya dodol yang diberikan.
Diawal
pembuatan dodol, Ny.Lauw hanya dg Empat Liter beras ketan (+/-3,6 kg) ditumbuk
sendiri, karena masih coba-coba dan memang saat itu kekurangan modal. Sehingga
meskipun agak ragu, berat hati, tekatnya sangat kuat agar dapat mencukupi
kebutuhan rumah tangga. Ketan ditumbuk sendiri, memarut kelapa untuk membuat
santan dan mengaduknya sendiri dibantu putra-putranya, membungkus dibantu
putri-putrinya dan kemudian sebagian dititipkan tetangga jual kue keliling,
sebagian juga dikelilingkan sendiri sampai ke Jakarta Kota naik turun angkot,
keluar masuk perkantoran untuk menjajakan dodol adalah pekerjaan rutin, terkadang
bila berpapasan dengan teman atau saudaranya yang kaya Ny.Lauw merasa malu dan
sembunyi beberapa saat, ini semua dilakukan karena begitu besar cinta terhadap
suaminya, Ny.lauw tidak mau saudara-saudaranya tahu keadaan rumah tangganya dan
mempermalukan suaminya. Pada perkembangannya proses bungkus dari sekedar
ditempatkan di Loyang, dipepes terus di golong memanjang sehingga terlihat
lebih bagus juga lebih muda di bawanya. Omzet semakin meningkat maka mulai
memakai pegawai untuk menumbuk tepung, menaduk dodol dan membukusnya, di moment
Tahun Baru Imlek membuat Kue Keranjang (Kue China),
Saat ini Dodol dan Kue Keranjang Ny.Lauw
sudah dikenal banyak orang, sering kali mendapat iklan Gratis karena berbagai
stasiun TV berbondong-bondong meliput proses pembuatan Kue Keranjang untuk
mengisi acara Tahun Baru Imlek, Seiring berjalannya waktu Ny.Lauw saat ini
telah berusia 87Th, estafet produksi diteruskan putranya anak Ke 8 dan Lauw Kim
Lian ( Netty Nurhayati ) anak ke 7, yang dulu sering membantu ibu, sejak tahun
2005.