Selasa, 29 November 2016

REVIEW NOVEL "REMBULAN UNGU"



Judul: REMBULAN UNGU
Pengarang: Bondan Nusantara
Editor: Faiz Ahsoul & Esti Budihabsari
ISBN: 978-602-8579-69-8
Halaman : 511
Penerbit: Qanita-PT. Mizan Pustaka






REMBULAN UNGU
(Tragedi Cinta Gadis Tionghoa di Bumi Mataram)


Penulis : Bodan Nusantara
Tokoh dan karakter:
1.       Sunan Amangkurat I      : Seorang raja yang lalim
2.       Kanjeng Ratu Malang     : Selir Amangkurat I yang dulunya adalah seorang waranggana
(sinden)
3.       Nyai Dubruk                     : Pengasuh Amangkurat I sejak kecil yang dianggap ibu oleh raja
4.       Adipati Anom                   : Putra Mahkota yang mempunyai sifat peragu dan tidak tegas.
5.       Pangeran Puger               : Adik tiri Adipati Anom yang ingin merebut gelar Putra mahkota
6.       Pangeran Pekik               : Kakek Aadipti Anom yang cinta pada negeri Mataram
7.       RatuWandan                     : Istri Pangeran Pekik
8.       Wiraprata                           : Anak Nyai Dubruk dan pejabat yang korup
9.       Kyai Wirareja                   : Mempunyai tugas mendidik calon selir
10.   Nyai Wirareja                   : Istri Wirareja yang membantu tugas suaminya dan menganggap  Oyi sebagai anaknya sendiri
11.   Panjalu                                : Lurah prajurit yang gagah berani dan berbudi pekerti yang baik
12.   Sempana                            : Lurah prajurit, sahabat Panjalu berani dan berbudi pekerti baik
13.   Sekar Pandan                   : Gadis cerdas yang berilmu bela diri yang membantu Panjalu ketika hendak dirampok
14.   Reksawana                       : Kakek Sekar Pandan penjaga hutan /alas Ketangga
15.   Oyi                                        : Gadis tionghoa yang diperebutkan oleh Amangkurat I dan Adipati Anom
16.   Ki Mangun                         : Ayah Oyi yang dulunya seorang nahkoda dari Tiongkok
17.   Yin ma                                : Ibu Oyi seorang Tionghoa 


             Mataram adalah sebuah kerajaan yang sangat sangat besar, kaya, tanahnya dan hasil bumi melimpah dan rakyatnya makmur ketika dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Namun semuanya berubah ketika pemerintah diganti dengan anaknya Sunan Amangkurat I. Ia adalah seorang yang egois dan tidak mementingkan kepentingan rakyat, semena-mena suka berfoya-foya dan suka bermain perempuan. Raja sangat terguncang jiwanya, murka dan kehilang akal sehatnya ketika selir tercinta Kanjeng Ratu Malang mati mendadak, disinyalir selir tersebut mati diracun karena terjadi persaingan dan rasa iri antar istri dan selir, rasa tidak suka tersebut karena Kanjeng Ratu Malang dulunya adalah seorang sinden (istri Kyai Panjang Mas) yang dipaksa menjadi selir raja, kemudian diangkat menjadi permaisuri. Sinden dianggap dari kalangan rakayat jelata yang tidak pantas menjadi permaisuri.

             Kedaan Mataram sudah semakin parah karena raja hanya memikirkan diri sendiri dan bersikap tidak bijaksana dengan menghukum berat orang-orang yang dianggap bersalah atas kematian Ratu Malang. Raja menyuruh membakar Keputren Wetan beserta para dayang dan pembanyunya yang dianggap tidak becus menjaga keselamatan Ratu Malang. Banyak kebijakan raja yang membuat rakyat menderita dan sengsara, di tengah paceklik, Raja malah membangun istana baru di plered dan membuat kolam yang besar yaitu bendungan Segara Yasa. Raja juga mempunyai hubungan yang baik dengan pedagang asing yang merugikan rakyat. Ia menerima suap dari pedagang dan pihak asing yang mengambil keuntunan di negeri mataram. Uang yang seharusnya untuk rakyat malah digunakan untuk kesenangan sendiri. Hal tersebut membuat Pangeran Pekik dan Ratu Wandan istrinya berniat mengganti raja dengan cucunya Adipati Anom dengan cara kudeta, yaitu dengan mencarikan pengganti selir raja, namun kemudian menjodohkannya kepada Adipati Anom agar lebih mudah merebut tahta. Karena tidak mungkin raja menghukum/membunuh putranya sendiri. Pangeran Pekik dan istrinnya  ingin agar Mataram menjadi besar, berwibawa dan kembali berjaya. Suatu hari Pangeran Pekik menyuruh Panjalu seorang lurah prajurit untuk menyampaikan surat rahasia kepada Ki Mangun (Mangunjaya) sahabatnya ke Banyuwangi. Di tengah jalan Panjalu dicegat oleh orang bertopeng yang hendak merampas surat tersebut, ketika terdesak dan terluka parah dia ditolong oleh Sekar Pandan dan dibawa ke pondok kakeknya. Pertemuan tersebut membuat Sekar Pandan diam-diam jatuh cinta kepada Panjalu. Setelah sembuh, Panjalu melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi untuk menyerahkan surat rahasia tersebut kepada Ki Mangun.

             Mangunjaya atau Ki Mangun dulunya adalah seorang nahkoda kapal dari Cina yang bernama Ma Oen dan bermarga Oie. Oleh penduduk setempat dia dipanggil Ki Mangun, mungkin karena lidah mereka sulit mengucapkan bahasa Cina. Suatu hari kapal Oie memasuki Laut Jawa, cuaca tidak bersahabat dan menenggelamkan kapal Oie tanggelam. Dengan sebilah papan Oie memulai hidup baru dengan bekerja sebagai kuli di pelabuhan. Akibat kepandaiannya memakai bahasa setempat membuat para pedagang Cina maupun pejabat memintanya menjadi penerjemah bahasa, termasuk Jaka Pekik putra Adipati Surabaya. Hubungan Oie dan Jaka Pekik semakin erat karena Oie sering membantunya mengamankan pelabuhan dan dipercaya sebagai keamanan pelabuhan. Dalam pertempuran menaklukan Giri Prapen Oie dianggap berjasa diangkat menjadi demang dan diberi nama Mangunjaya yang berarti ikut membangun kemenangan. Ketika usianya menginjak 50 tahun, Mangunjaya diangkat sebagai demang Banyuwangi sekaligus pengawas lalu lintas perdagangan antara Ketapang dan Gilimanuk.

             Setelah tiba di Banyuwangi dia menyerahkan surat rahasia kepada Mangunjaya, dalam suratnya Pangeran Pekik meminta Oyi anak Mangunjaya menjadi selir Amangkurat I dan meminta Panjalu tinggal untuk sementara waktu di Banyuwangi. Di Banyuwangi, Mangunjaya mengangkatnya sebagai anak dan mengajari ilmu beladiri dari Cina. Ketika tinggal di rumah Mangunjaya Panjalu dan Oyi secara diam-diam saling saling jatuh cinta. Oyi menyulam saputangan berwarna merah muda dengan gambar rembulan dan dua ekor merpati disisi kiri dan kanannya, namun Oyi menyimpan sautangan tersebut dan menunggu waktu yang tepat untuk memberikan kepada Panjalu.

             Setelah tiba saatnya utusan dari istana yang dipimpin oleh Wirapatra menjemput Oyi dan ditemani oleh Panjalu. Setiba di istana Oyi dipaksa untuk dididik menjadi selir raja dan untuk sementara waktu tinggal di rumah Kyai Wirareja dan istrinya.

             Suatu hari raja mengutus Sempana, seorang lurah prajurit untuk meminta ijin kepada Reksawana untuk menebang kayu jati yang akan dijadikan saka guru (tiang) istana Mataram kerena raja bermaksud mendirikan istana baru di Plered. Di rumh Reksawana Sempana yang merupakan sahabat karib Panjalu jatuh hati kepada Sekar Pandan.

             Singkat cerita Pangeran Pekik dan Ratu Wandan mengatur pertemuan antara Adipati Anom dan Oyi (calon selir kinasih raja). Seperti perkiraan Pangeran Pekik dan Ratu Wandan, Adipati Anom jatuh cinta kepada Oyi dan berniat meminangnya. Kemudian Pangeran Pekik dan Ratu Wandan datang ke Kekediaman Wirareja untuk mengambil Oyi sebagai istri Adipati Anom tanpa sepengetahuan Amangkurat I. Wirareja dan istrinya sangat ketakutan namun Pangeran Pekik dan istrinya berjanji atas keselamatan mereka.

             Apa yang ditakutkan oleh Wirareja terbukti, ketika Amangkurat I menetahui bahwa Oyi calon selir kinasihnya diambil sebagai istri oleh Adipati Anom, ia sangat murka dan menjatuhkan hukuman gantung kepada Pangeran Pekik dan Ratu Wandan. Adipati Anom sangat ketakutkan kemudian dia meminta ampun kepada Sunan Amangkurat I ayahnya. Namun Amangkurat I meminta Adipati Anom untuk membuktikan kesetiaannya kepada nya. Suatu malam diadakan sebuah pesta dan di tengah pesta Amangkurat I meminta Adipati Anom untuk membuktikan kesetiaannya kepada raja dengan cara membunuh Oyi istrinya. Adipati Anom sangat terpukul. Dengan mata basah dan tubuh menggigil dia menarik hulu kerisnya. Dia merasa tidak sanggup membunuh gadis yang sangat dicintainya itu. Namun, tiba-tiba Oyi berdiri dan menubruk kerisnya. Ia mencoba menarik tangannya, namun terlambat Oyi roboh dan mati.

              Amangkurat tertawa, namun tawanya terhenti ketika Pangeran Puger dan Yudanegara mengatakan bahwa pasukan Kajoran, para pengikut dan pendukung Pangern Pekik dan Ratu Wandan menyerang istana.
             Dengan persaan hancur, Panjalu yang ikut dalam penyerangan ke istana mencari Oyi dan menemukannya sudah tergeletak di lantai. Panjalu meminta maaf karena tidak bisa menjaga keselamatan adik angkatnya. Tiba-tiba mata Oyi terbuka dan menyerahkan sehelai saputangan sutra yang berlumuran darah. Saputangan ini dibuat Oyi di Banyuwangi untuk Panjalu. Saputangan ini bergambar rembulan yang tersulam begitu indah dengan dua ekor burung merpati di kiri kanannya. Tapi sayang sulaman rembulan yang semula berwarna merah muda, kini berubah menjadi ungu karena dipenui oleh darah Oyi, gadis yang dicintai Panjalu.


             Panjalu menguburkan jasad Oyi di lereng bukit kecil bernama Gunung Kelir dan didepan kuburan Oyi Panjalu berjanji akan menyimpan saputangan tersebut sepanjang hidup. Kemudian Panjalu kembali ke tanah kelahirannya di lereng Gunung Tidar sebagai orang biasa.

0 komentar:

Posting Komentar